Hai Sob, kembali lagi dengan Ekspedisi Sulawesi Selatan #3: Kelas Inspirasi Gowa. Kali ini, teman perjalananku bukan Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, melainkan komunitas Kelas Inspirasi Gowa. Sebelum bercerita tentang Kelas Inspirasi Gowa, mau sedikit curhat nih Sob, boleh yaa. Sudah lebih dari empat bulan tinggal di Makassar, tetapi komunikasiku dengan orang-orang di sini belum mengalami kemajuan. Katanya sih, karena tak bergaul, tak banyak bertemu orang, jadilah perkembangan bahasaku tak mengalami kemajuan.
Salah satu caraku agar bisa belajar ialah bergabung dengan komunitas. Meski hanya mendengarkan orang-orang saling bercakap-cakap, sudah belajar juga to? Meski perlahan, apalagi kegiatan komunitas tidaklah rutin ada pertemuan, tak mengapa, namanya juga usaha, begitu bisik hatiku. Kabar buruknya lagi, saat bergabung dengan relawan kelas Inspirasi Gowa aku tak paham betul dengan orang-orang yang mengajakku bicara. Sontak, membuatku gerogi, “Aduh, bagaimana saat mengajar di Kelas Inspirasi nanti? Apakah anak-anak akan mengerti? Apakah aku akan memahami kalimat mereka?”
Surprisee, dibuat terkejut dan dibuat belajar banyak hal dari anak-anak di Kelas Inspirasi Gowa. Kelas Inspirasi bukan hanya relawan yang menginspirasi siswa, tetapi kami pun terinspirasi dari semangatnya murid-murid. Yuk, simak Episode Ketiga Ekspedisi Sulawesi Selatan: Kelas Inspirasi Gowa
Menginspirasi Lewat Profesi, Mengedukasi Jajanan Sehat
Sobat, adakah yang tahu Kelas Inspirasi? Kelas Inspirasi merupakan program turunan dari Indonesia Mengajar. Jika Indonesia Mengajar mengirimkan lulusan sarjana ke SD di pelosok Indonesia untuk mengabdi selama satu tahun, Kelas Inspirasi hadir untuk menginspirasi siswa SD di seluruh negeri selama satu hari. Kelas Inspirasi merupakan kegiatan yang menjembatani profesional dari berbagai sektor untuk berkontribusi pada pendidikan di Indonesia. Melalui program Kelas Inspirasi, para profesional pengajar, apa pun profesinya diharuskan untuk cuti satu hari untuk mengunjungi dan mengajar pada SD yang telah ditentukan, yang disebut sebagai Hari Inspirasi.
Hari itu, Sabtu, 14 September 2024, kami berdelapan mendapat mandat untuk menginspirasi di SDN Parangloe Lata. Anggota tim kami terdiri dari Profesional Pengajar dan Fasilitator Program. Profesi kami pun berbeda-beda, berikut ini nama dan profesi teman satu tim di SDN Parangloe Lata: Kak Fahril (Asisten Apoteker), Kak Annisa (Pelukis), Kak Raden (Dosen Komputer), Kak Gafur (Petugas Lapas Narkotika), Kak Icha (Ahli Gizi), Kak Safa (Mahasiswa/Fasilitator), Kak Fahmi (Mahasiswa/Fasilitator), aku sendiri Septi (Penulis), dan My Bestie yang selalu siap sedia mengantar dan mendokumentasikan segala aktivitas, haha.
SD Negeri Parangloe Lata terletak di desa Moncongloe, Kecamatan Manuju, Kebupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dibutuhkan waktu tempuh kurang lebih 45 menit dari perbatasan Makassar-Gowa untuk sampai di SDN Parangloe Lata. Beberapa kilo sebelum sampai di lokasi, aku tertegun, banyak sekali rumah yang sudah tak lagi utuh: tembok rumah yang jebol, tak ada pintu dan jendela, bahkan rumah-rumah yang telah rata dengan tanah, menyisakan puing bangunan. Ternyata, rumah dan jalan di sepanjang SDN Parangloe Lata ini terkena imbas pembangunan perluasan bendungan Bili-Bili, sebagian warga telah menjual tanah dan rumahnya, dan pindah entah ke mana. Lantas, bagaimana nasib SDN Parangloe Lata? Kabarnya, SDN Parangloe Lata pun akan direlokasi.
Sesampainya di SDN Parangloe Lata, kami disambut hangat oleh dewan guru, kepala sekolah dan murid-murid yang sudah tak sabar menunggu dengan duduk rapi di kelas masing-masing. Kami masuk ke kelas-kelas untuk menginspirasi murid-murid melalui profesi kami. Ya, kami memperkenalkan profesi yang bergam, agar murid-murid mendapat gambaran bahwa di dunia yang luas ini ada beragam profesi yang kelak bisa ia pilih.
Profesi yang kukenalkan ialah penulis dan bloger. Menjelaskan cara menulis cerita. Juga, mengedukasi murid-murid tentang buku-buku yang mereka baca, beragam pengetahuan dan sejarah di masa lampau yang hari ini bisa mereka pelajari lewat buku, tentulah berkat jasa para penulis. Dan jika murid-murid menyukai dunia digital, mereka bisa menggunakannya untuk membaca tulisan-tulisan yang ada di platform digital seperti blog. Seru sekali, berinteraksi dengan mereka, mengajar dengan bermain riang gembira.
Selain memperkenalkan seluk beluk profesi, kami juga mengedukasi murid tentang jajanan sehat. Membedakan antara yang sehat dengan yang kurang sehat, makanan yang mengandung pengawet, pemanis, pewarna, dan zat-zat lainnya yang jika dikonsumsi berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Kami juga memberikan pemahaman bahwa alam sudah menyediakan jajanan yang sangat baik untuk tubuh, seperti jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, buah-buahan, dll. Kalau diolah dengan tepat bukan hanya lezat, tetapi akan sangat baik bagi tubuh kita, menyehatkan.
Mengedukasi jajanan sehat tentu bukan suatu hal yang mudah, apalagi hanya berupa penjelasan dan permainan kurang lebih 20 menit. Esok lusa, entahlah apakah kita semua akan mempraktikannya atau tidak, semua kembali kepada pribadi masing-masing. Penting bagi kita untuk tetap semangat menginspirasi, apa pun yang terjadi.
Belajar Penerimaan dari Murid SDN Parangloe Lata
Berkegiatan di SDN Parangloe Lata mengingatkanku pada SDN 2 Kesenet, sekolah dasar di mana aku belajar. Bangunannya khas, gerbang sekolah dengan cat dan tulisan yang telah pudar, pepohonan yang rindang meneduhkan, lapangan kecil dengan tiang bendera, berderet-deret ruang kelas yang sederhana, murid-murid setiap kelas yang jumlahnya belasan, alat tulis yang sederhana, bahkan atap kelas yang harus disangga dengan kayu agar tidak roboh menimpa murid, benar-benar mirip dengan SD tempatku belajar yang atapnya roboh saat aku kelas 4.
Sekolah yang sederhana ini justru membuatku betah untuk duduk berlama-lama sembari menikmati suasana. Ah, aku kira suatu hari nanti aku harus berkunjung lagi ke SDN Parangloe Lata untuk memperkaya hati dan menjernihkan pikiran. Menyenangkan, meski udara tak selamanya bersahabat, sebab, proyek pembangunan bendungan di seberang sekolah seringkali menerbangkan debu.
Terlepas dari segala keterbatasan, selalu menyenangkan bercengkrama dengan anak-anak di sini. Mereka yang menerima orang asing tanpa banyak tanya, antusiasme yang terpancar dari binar mata, rasa ingin tahu yang tinggi dan tak malu untuk belajar bersama membuatku tersihir, lupa dengan segala keraguanku di awal.
Ya, saking asiknya berinteraksi dengan anak-anak hebat ini, membuatku tak sadar, sepanjang mengajar baik aku maupun murid-murid, sama-sama menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tanpa ada bahasa daerah, tanpa menggunakan imbuhan “mi, ji, di, ta, ki, dll.” Aku justru baru sadar saat menuliskan semua ini. Wah, ternyata untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia itu mudah! Kenapa selama ini begitu sulit berbicara dengan orang dewasa?
Persoalan bahasa ini membuatku belajar, ternyata anak-anak kecil itu bisa begitu tulus menerima kita apa adanya. Keterbatasan bahasaku tak menjadi soal, kami justru saling berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana agar mampu memahami satu sama lain. Dari sini aku belajar tentang penerimaan dari murid SDN Parangloe Lata.
Patungan Buku untuk SDN Parangloe Lata, Terima Kasih Sahabat!
Beberapa hari sebelum Hari Inspirasi tiba, aku berpikir keras, apa yang akan aku lakukan di sana? Hanya mengoceh soal profesiku? Aduuh, apa lagi yang menarik? Aku ingin sekali memberikan buku-buku karyaku, tetapi tak satu pun buku aku bawa ke Makassar. Membeli buku-buku bacaan pun tak ada cukup uang, buku-buku di sini harganya jauh lebih mahal, memesan dengan diskon Waos Bookstore pun tak akan cukup waktu pengiriman. Akhirnya, H-1 menjelang Hari Inspirasi aku beranikan untuk menghubungi beberapa kawan untuk patungan beli buku, respon mereka luar biasa! Terima kasih Sahabat!
Mengandalkan 11 sahabat yang ikut patungan, dalam waktu beberapa jam saja terkumpul uang sebesar Rp. 890.000,00. Dari uang tersebut, dapat terbeli 10 jenis buku dengan genre beragam, mulai dari buku pengetahuan, kisah-kisah islami, panduan shalat dan doa, kisah Ilmuwan Muslim, Komik Hadits, buku cerita anak, dan novel inspirasi. Rasanya, senang sekali bisa mengawal proyek kecil-kecilan ini. Sungguh, terima kasih tiada terhingga kepada para sahabat yang sudah ikut patungan. Apalagi melihat senyum anak-anak yang menerima buku-buku ini, rasanya ada yang meleleh di hati. Pokoknya thanks sebanyak-banyaknya buat Bu Djati, Bu Jannah, Bun SyifQon, Jeje, Mpok Atifah, Umaroh, Bunda Genta, Anis Oc, Riri S, Firas, dan Nisfah, yang selalu tancap gass kalau ada info patungan untuk kebaikan, hihi. Barakallah, sehat selalu ya Sahabat, Jazakumullahu Khair.
Epilog
Usai Kelas Inspirasi, rasanya hatiku terisi penuh dengan semangat baru. Rasa lelah itu tertebus dengan kebahagiaan berbagi. Dari kelas Inspirasi Gowa aku belajar, SDN Parangloe Lata menyimpan ceritanya, seberapa pun keterbatasan yang dimiliki sekolah ini, ada semangat yang abadi di sini, semangat para murid yang terus berjuang untuk belajar dan bermimpi, semangat dan dedikasi para guru yang mengabdi.
Kelas Inspirasi hadir sebagai jembatan, menghubungkan murid-murid dengan dunia luar, membawa harapan dan inspirasi ke ruang-ruang kelas. Tatapan penuh antusias dari para murid mengingatkan kita bahwa impian besar tidak akan mengenal batas, meskipun dinding-dinding kelas mereka tidak sempurna, meski atap-atap sekolah mereka harus disangga, meski papan tulis mereka rapuh, namun harapan dan impian mereka kokoh, terbentang bebas, tanpa batas.
Hari Inspirasi, bercerita tentang profesi dan perjuangan yang kami sampaikan bisa menjadi cermin bagi mereka, bahwa mereka pun bisa bermimpi tinggi. Dari SDN Parangloe Lata kita belajar, bahwa inspirasi tak hanya datang dari kota-kota besar, melainkan juga dari tempat-tempat kecil yang menyimpan kekuatan besar.
Kelas Inspirasi bukan hanya tentang kami yang memberi inspirasi, tetapi juga tentang kami yang meraup berupa-rupa inspirasi dari sebuah sekolah yang telah berdiri puluhan tahun itu. Begitulah Ekspedisi Sulawesi Selatan Episode Tiga: Kelas Inspirasi Gowa, semoga menginspirasimu Sob, nantikan episode berikutnya ya! Salam hangat dari Parangloe Lata.
Keren sekali jadi sukarelawan yang menjadi inspirasi generasi muda. Gowa itu tidak jauh dari Makassar kan ya? Semangat nya semangat luar biasa ya
BalasHapusSemangatnya sungguh keren dan hebat. Semoga program2 kelas inspirasi berikutnya diberi kemudahan dan kelancaran, serta bisa memajukan sekolah2 yang tertinggal di pedalaman.
BalasHapusWah keren banget nih mbak kegiatannya. Anak-anak dengan segala hal yang menarik baginya memang guru kehidupan bagi kita
BalasHapusSatu hari untuk selamanya. Memori ini pasti abadi dalam ingatan anak-anak. Soalnya aku juga udah emak-emak gini, tetap ingat kegiatan seru pas SD. Waktu itu ada kegiatan Pramuka yang mendatangkan kakak-kakak pembimbing dari luar. Sampai detik ini aku bahkan masih ingat nama kakaknya. Btw, keren banget, Kak, menginspirasi anak-anak dan menjadi perwakilan profesi menulis.
BalasHapus