septiayu

Menyulam Prasangka

positif thinking


Sepagi hingga petang, mentari terik menyapa dengan garang. Gerah, panas, cukup sudah menjadi alasan untuk muntab, memuntahkan segala kesah jika diri terlampau resah menghadapi tumpukan pekerjaan yang kian meninggi. 

Hilir mudik tukang asongan menjajakan dagangan. Tok tok tok abang bakso, nguing nguing tukang putu, dan yang paling menyebalkan, hebohnya tukang tahu, hufth. 

Eh, menyebalkan? Siapa? Siapa yang menyebalkan? Abang-abang asongan? Suara-suara gaduh yang mereka ciptakan? Terik matahari? Ah, jangan-jangan suara hatimu sendiri yang gaduh, bikin sebal. #ups. 

"Numpak numpak, numpak RX King, treng teng teng teng teng." 

Sejenak segala keresahan menguap, hilang melayang. 

Pernah nggak sih, di saat lagi suntuk-suntuknya tiba-tiba terdengar suara anak kecil bersorak sambil menyanyikan lagu "RX King" itu, lalu segala rasa sebal seharian terganti dengan tawa renyah. 

"Wayahe wayahe, wayahe ngopi." 

Eh, siang bolong, manyun menatap layar leptop dengan setumpuk gawean, terdengar kicauan abang tukang samping rumah, demi mendengar suaranya yang khas "wayahe wayahe" musnah sudah segala bentuk sebal. Walau sekejap, ya, benar-benar sekejap. 

Yah, sadar atau tidak di antara segala bentuk sebal yang menggunung, selalu saja ada hal receh yang bisa menjadi tawa. Sadar atau tidak, nyatanya, ada begitu banyak cara untuk menjadi seorang yang bermanfaat. Seseorang yang mampu mengubah duri menjadi mawar, eh tukang sulap? Haha. 

Tak perlu macam-macam, tak perlu banyak biaya. Nyatanya masih ada orang-orang baik yang entah kita kenal atau tidak, mampu membuat hari kita berwarna oleh tawa, oleh bahagia. Lewat hal-hal kecil yang kita temukan. 

Yah, sayangnya begitu banyak orang yang mencari, tapi tak kunjung menemui. 

Yang selalu mencari bahagia, tapi tak kunjung bahagia. 

Mungkin, ini mungkin ya. Mungkin karena telinga kita begitu bebal. Bebal menerima suara-suara dari luar. Kalau tidak bebal, bukankah seharusnya kita baik-baik saja mendengar kelontang suara abang-abang asongan menjajakan jualan? 

Yah, itulah kita hari ini. Sibuk menyalahkan suara-suara di luar, padahal bukan mereka penyebabnya. Bukan mereka yang keliru. Hanya, kita tengah menyulam prasangka. Prasangka apa? Prasangka yang keliru. 

Hanya, hanya hati kita yang sedang tidak baik-baik saja. 

”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” 

(HR Bukhari dan Muslim).
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

2 komentar

  1. Wah..
    Emang kudu banget jaga hati ya mbak.
    Meski jaga hati gak mudah banget ya, sama seperti jaga indomie goreng anget biar gak diminta orang. heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. indomie goreng anget plus telor, wuenaak.. dijaga baik-baik ya kak, biar nggak diendus kucing. kayak hati, dijaga baik-baik biar nggak diendus syaitonnirojim. hoho

      Hapus

Posting Komentar