septiayu

Indhibat Ala Septi

Jika manusia mau belajar atas apa yang dapat dilihat matanya, didengar telinganya, dan dirasa oleh hati. Maka, bisa jadi tiap dari kita dapat memahami atas hakikat kehidupan sejati, rasa memiliki, dan lahirlah pngertian-pengertian atas setiap rasa tuk dapat menggenggam asa.
“Oh dear, hidup ini tidak seperti novel, yang kalau halaman sekarang terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, maka dengan bersabar membaca 10, 20 halaman berikutnya semua selesai, berubah jadi membahagiakan. Apalagi seperti film, yang cukup beberapa menit berubah jadi happy ending.
Di kehidupan nyata, kita bahkan perlu 10, 20 hari, bulan, bahkan tahun harus terus bersabar agar semua selesai, berubah jadi membahagiakan. Karena itulah, menjadi dewasa oleh kehidupan, memiliki pemahaman baik karena proses kehidupan, akan menjadikan seseorang lebih kuat dan lebih kuat lagi. “ *Tere Liye-Post Status Tere Liye, 28 Mei 2013.
             Sifat-sifat individu yang menjadi sasaran akhir tarbiyah atau biasa disebut Muhashofat Tarbiyah, disebutkan bahwa muslim yang baik adalah ketika ia telah memenuhi 10 Muhashofat Tarbiyah. Urutan Muhashofat Tarbiyah yang ke delapan dan sembilan, menyebutkan, Munazham Fi Syuunii (teratur dalam segala urusan), dan Harishun ‘ala Waqtihi (memelihara waktu), saya pikir keduanya merupakan bagian dari disiplin.
            Dengan berpedoman pada Muhashofat Tarbiyah, maka bisa dibilang seseorang dikatakan disiplin ialah ketika ia telah teratur dalam segala urusannya. Aktualisasi teratur dalam segala urusan dalam konteks saya sebagai seorang Etoser ialah, ketika saya dapat teratur dalam setiap aktivitas saya. Dapat menempatkan diri dengan baik dan totalitas atas setiap pilihan.
            Teratur dalam setiap urusan dapat juga berarti, kita mampu mengatur kegiatan-kegiatan kita atau setiap kegiatan kita telah kita rencanakan dan kita mampu melaksanakan secara teratur. Jika seorang akademisi yang juga organisatoris mampu teratur dalam setiap aktivitasnya maka bisa dikatakan ia menjadi seorang yang Indhibat.
            Harishun ‘ala Waqtihi atau memelihara waktu. Point terpenting dari indibhat ialah ketika seseorang dapat memelihara waktu. Seseorang yang mau dan mampu memelihara waktu tentu akan mengantarkannya menjadi seorang yang memiliki kualifikasi baik. Sebab, hal pertama yang dapat dinilai dari seseorang yang disiplin ialah ketepatan waktu. Sedangkan, ketepatan waktu itu sendiri merupakan bagian dari indhibat.
            Ketika kita dapat tepat waktu dalam melakukan berbagai hal, entah itu tepat waktu saat menghadiri kuliah, tepat waktu mengerjakan tugas-baik itu tugas kuliah maupun tugas organisasi, mampu mengerjakan amanah dengan baik dan tepat waktu, menepati janji, hingga menghadiri setiap agenda atau acara dengan baik. Dengan begitu kita tidak dzolim terhadap diri sendiri maupun orang lain.
            Tabiat orang tak berhubungan dengan gelar yang disematkan kepadanya, bukan pula bagaimana ia menginginkan orang hormat kepadanya, tapi lebih pada berapa besar ia menaruh hormat kepada dirinya sendiri. Andrea Hirata.
            Berawal dari memelihara waktu dengan baik, maka kita telah menghargai diri sendiri. Apabila kita berhubungan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa kita tidak dzolim pada saudara kita. Seseorang yang tidak tepat waktu saat menepati janji misalnya. Orang tersebut tentu telah merugikan saudaranya. Betapa tidak? Berapa waktu yang terlewat hanya untuk menungguinya? Bisa jadi, ia dapat melakukan banyak hal dibandingkan dengan menunggui saudaranya itu.

            Indhibat atau kedisiplinan dapat kita mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Teratur dalam segala urusan, urusan di asrama, kampus, teman, keluarga, hingga urusan organisasi. Keteraturan itu dapat terlaksana saat kita dapat memelihara waktu dengan baik. Kedisiplinan akan melahirkan orang-orang yang memiliki pemahaman atas hidup yang jauh lebih baik, sehingga ia bisa hormat pada diri sendiri sebelum ia dapat menaruh hormat pada oran lain.
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

Posting Komentar