septiayu

Simpul Terikat


31. Teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia,
32. dan jadikanlah dia teman dalam urusanku,
33. agar kami banyak bertasbih kepada-Mu,
34. dan banyak mengingat-Mu.
(QS. 20: 31-34).
Mengingatmu, selayaknya mengingat tentang segala hal yang menjadikan kita berpadu. Dari yang semula tak mengenal, hingga berlomba-lomba menuju titik itsar. Mudah sekali menyebut itsar, sedang diri masih jua tak saling mengenal. Tapi kita suka berikhtiar bukan? Agar pada saatnya menapaki jalan-jalan yang kita lalui bersama membuahkan jalinan ukhuwah yang berbumbu manisnya iman.

Jika iman adalah lautan, maka kerang adalah ukhuwah. Bukankah ukhuwan buah dari iman? Begitu, seru kita berulang-ulang dalam setiap lingkaran. Kita menyebutnya Rabithah, sebagai doa agar setiap ikatan yang terjalin semakin kuat menguatkan. Seperti harapan yang kita lesatkan menuju langit Kuasa-Nya di setiap akhir perjumpaan.
Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman, dan indahnya tawakal pada-Mu. Doa yang begitu haru dilantunkan dalam sekali waktu. Dalamnya aku membayang, sudahkah aku lapang? Masih teringat jelas pada mula perjumpaan. Keraguan menghembusi jalan semangat. Ya, antara semangat dan ragu. Akankah aku mampu berdampingan dengan mu menuju ketaatan? atau justru sebaliknya, aku menjadi sebab ketidaktaatan kita pada Sang Kuasa Raya.
No body perfect. Jangan melihat aku dari kaca mata kesempurnaan, karena kau akan kecewa kemudian. Aku tak seperti definisi yang sering kalian sebutkan. Seperti ungkapan generasi terdahulu, jika kau tahu betapa buruknya aku, kau tak akan tahan berada di sisiku.
Terima kasih telah begitu banyak belajar, kita sama-sama belajar tentunya. Terima kasih telah begitu menurut, mengiyakan setiap perintah, dan segala hal yang membuat Rabhithah semakin kuat menguatkan. Kini saatnya telah tiba. Melanjutkan tradisi kebaikan dari generasi terdahulu. Melanjutkan kebermanfaatan yang tiada terputus.
Suatu hari nanti, jika kau merasa ragu, merasa tak mampu. Ingatlah orang-orang terdahulu, di atas segala keterbatasan tak mereka tampakkan keraguan. Semangat kebaikan selalu menjadi pemicu bergerak. Atau, jika tak kau ingat mereka yang terdahulu, kenanglah, hari-hari sebelum ini, aku pun pernah ragu, ragu akan mampu membersamai kalian. Tapi, aku tak mau ragu yang menaklukkan. Jika aku takluk, tak ada kisah kita yang begitu panjang. Begitulah caraku untuk terus bertahan. Kau, pasti miliki cara lain yang lebih baik dariku.
Kuatkan ikatannya~Rabithah.
Biar tak hilang kenangan sama kalian





septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

Posting Komentar