septiayu

Cerita Pejuang Anxiety

3 komentar
cerita pejuang anxiety
Anxiety atau kecemasan menjadi topik yang sering menjadi perbincangan. Anxiety seringkali menghantui mereka yang merasa gagal. Ketakutan-ketakutan akan masa depan, penyesalan, trauma di masa lalu, serta ekspetasi yang membuat tersesat di tengah jalan. Jujur, aku baru mengenal Anxiety beberapa waktu ini. Itu pun setelah mendengar beberapa kawan yang menjadi penedrita Anxiety. Beberapa mengaku telah sembuh, dan sebagian lain masih berjuang melawan Anxiety.

Inilah cerita pejuang Anxiety, aku akan membagikan tentang percakapanku dengan mereka yang menderita Anxiety. Cerita dari beberapa kawan yang mengalami gangguan kecemasan yang berlebih. Sebagian dari mereka membagikan kisahnya apa adanya, sebagian memendamnya, hanya sesekali bercerita. Sebagian lagi “memaksa” diri untuk sembuh dengan bantuan orang lain, sebagian lainnya “merasa” kuat dan tabah menjalaninya sendiri.

Butuh waktu cukup lama bagi mereka untuk menyembuhkan diri. Sebagian yang dibantu orang lain seperti Psikolog atau dokter merasa telah sembuh setelah melakukan serangkain pengobatan. Tak perlu lagi meminum lusinan obat untuk sekedar bisa tidur dengan tenang atau menjalani hari tanpa  kecemasan berlebih. Sedangkan mereka yang “merasa” kuat, sekali waktu begitu tabah menjalani takdir hidupnya, sekali waktu hidup dengan kebencian, sekali waktu merasa bahagia, sekali waktu menjalani hidup dengan penuh kecemasan.

Apa itu Anxiety?

Dikutip dari Halodoc, Anxiety atau gangguan kecemasan umum adalah perasaan khawatir atau cemas yang tidak terkendali dan berlebihan akan banyak hal. Ada berbagai tanda-tandanya, mulai dari keringat berlebihan, jantung berdebar lebih kencang, dan sulit bernapas. Kondisi cemas berlebihan ini bisa menimpa siapa pun, tetapi lebih sering pada orang dewasa yang sudah berusia 30 tahun ke atas.

Penyebabnya pun beragam, mulai dari trauma, perundungan atau kekerasan dalam rumah tangga, aktivitas berlebihan pada area otak yang terlibat dalam pengaturan emosi dan prilaku. Bisa juga karena faktor genetik (riwayat keluarga juga dapat meningkatkan gangguan kecemasan).

Ciri-Ciri Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)

Menurut pengalaman dari kawan-kawan yang mengalami Anxiety, mereka mengalami gangguan panik, fobia, khawatir, resah, lelah, gemetar, nyeri, berkeringat berlebih, sesak nafas, pusing, mudah marah, dll. Mereka selalu cemas dalam berbagai kondisi hingga membuat tidak bisa tidur. Jika akan tidur, mereka khawatir tidak bisa bangun lagi, dan karena tidak bisa tidur itulah, mereka akan merasakan rasa sakit kepala dan badan akan terasa lemas.

Untuk menghilangkan gangguan kecemasan di atas, pejuang Anxiety harus berkonsultasi dengan dokter/psikolog, untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai.

Cerita dari Pejuang Anxiety

Sebutlah mereka Pejuang Anxiety, para sahabat yang menceritakan perjuangannya untuk sembuh dari Anxiety. Mereka meceritakan tentang berbagai pertanyaan yang seringkali muncul, tentang kecemasan-kecemasan akan banyak hal. Tentang kehidupan yang sering dirasa tidak adil.

Sesekali hidup membawa kita pada titik terendah, langkah terasa berat, kegagalan seolah berkuasa. Pada momen seperti ini, seringkali Pejuang Anxiety, memaksa diri berkelahi dengan pertanyaan yang mengganggu diri.

“Mengapa aku harus begini?”

Pertanyaan semacam itu berdengung dalam pikiran, menciptakan percakapan yang seringkali sulit terjawab. Namun, di sanalah perjalanan Anxiety dimulai, sebuah perjalanan mencari makna.

“Apakah menjadi dewasa itu sulit?” Tanyaku suatu hari tanpa menghakimi.

Mereka menceritakan betapa kerasnya, betapa sulitnya kehidupan yang mereka jalani. Merasa gagal akan banyak hal dalam hidup, membuat diri terpuruk. Ada yang gagal dalam rumah tangga, pasangan yang ia percaya, berkhianat. Merasa ditipu oleh cinta dan kesetiaan, lantas melukai seluruh hati dan kehidupannya.

Ada yang gagal dalam pencapaian hidupnya. Bermimpi tinggi melakukan hal-hal hebat, namun terbentur oleh kenyataan pahit berupa kegagalan-kegagalan. Merasa dikhianati oleh keadaan, merasa ditikung oleh kenyataan.

Ada yang kehilangan banyak hal dalam hidup. Kehilangan orang tua yang telah dipanggil Sang Pemilik Hidup, kehilangan orang-orang yang ia kasihi. Kehilangan itu membuat linglung, hilang kendali atas kesadaran. Membuat gemetar sekujur tubuh, membuat cemas untuk melakukan rutinitas, hingga takut tidur, khawatir saat tidur kematian datang menghampiri.

“Kemana bahagia pergi? Apakah aku layak bahagia” Tanya mereka dengan segenap rasa putus asa.

Hidup ini ibarat perjalanan mencari bahagia. Saat berada di persimpangan yang membuat gamang, kita terjebak oleh prasangka-prasangka yang menyesatkan. Memilih jalan lurus, khawatir jalan dipenuhi onak dan duri. Memlih jalan yang berliku, khawatir tak mampu mengendalikan langkah.

Gamang dan prasangka yang menjebak, seringkali membuat kita berhenti, lantas lupa untuk mengabil sikap. Membuat kita terlena dan hanya berdiri mematung tanpa keputusan.

Saat kaki mampu melangkah, satu-dua langkah, lalu merasa kalah karena tak kunjung sampai pada tujuan. Kelelahan mencari bahagia, hingga lupa, Anxiety muncul karena pikiran yang merasa tidak cukup layak untuk mendapatkan kebahagiaan. Padahal, bahagia tidak selalu hadir dari pencapaian besar.

Bahagia selalu hadir dalam bentuk paling sederhana dari hidup. Sederhananya kita bisa bernafas, sederhananya senyuman kecil dari orang tak dikenal yang kita jumpai di jalan. Sederhananya dukungan orang terdekat yang mendukung kita untuk sehat.

Bahagia hadir saat kita berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain. Menghargai apa yang dimiliki, menikmati segala proses yang dijalani.

“Bagaimana aku bisa kembali?”

Terkadang hidup terasa berat, maka janganlah memaksa diri melompat terlalu jauh. Melangkahlah dengan satu-dua-tiga langkah kecil dengan penuh suka cita. Luangkan waktu untuk menyimak kata hati kecilmu, tuliskan beban yang terasa berat dalam jurnal harian, dengan begitu kita akan menemukan jalan terbaik untuk mengurainya. Teruslah bercerita dengan orang-orang yang dipercaya, agar kau tak lagi merasa sepi dan sendiri. Lantas, keluarlah dari tempatmu, nikmati udara yang berhembus atau matahari yang menyalak, biarkan semesta memelukmu.

Hidup bukan sekedar tentang pencapaian, bukan tentang ujung perjalanan yang mengantarkan pada kesuksesan. Hidup kita, tentang tiap langkah kecil yang kita tempuh. Bukankah proses mengajarkan arti keberanian? Jangan biarkan diri terlalu fokus pada hasil. Hasil tidak bisa dikendalikan, namun proses milik kita. Biarkan hasil menjadi pelengkap atas segala proses yang kita jalani.

Bahagia itu ibarat bunga, tumbuh lebih subur ketika dibagikan, disebar di setiap tanah. Hiduplah dengan terus memberi, menolong orang lain sekalipun dengan hal kecil. Meski hidup tak selalu berjalan sesuai rencana, namun menjalaninya dengan suka cita adalah pilihan yang dapat kita tempuh.

Tak mengapa satu-dua rasa khawatir itu datang, bukankah rasa khawatir bisa menjadi pengendali bagi kita agar tidak terlalu berani melakukan hal-hal buruk? Wahai Pejuang Anxiety, mari saling bercerita, karena hidup adalah perjalanan yang indah saat dijalani bersama.

septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini suka berpindah-pindah tempat tinggal, dan menceritakan perjalanan hidupnya di sini. Aktivitas Septi sebagai guru, volunteer dan pegiat literasi.

Related Posts

3 komentar

  1. anxiety menjadi hal yang disorot terkait dengan mental health. Langkah awal pastinya diagnosa dari ahli dan tak perlu malu atau ragu meminta pertolongan

    BalasHapus

Posting Komentar