Brain rot menjadi topik yang hangat dibicarakan setelah diumumkan sebagai Word of The Year 2024 oleh Oxford University Press. Brain rot atau pembusukan otak menjadi sorotan tahun ini, disebabkan dampak media sosial yang tak terbendung.
Dilansir dari Oxford Languages, brain rot merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kemampuan otak yang disebabkan terlalu banyak menggunakan media sosial. Lebih tepatnya, terlalu sering menonton konten dengan kualitas rendah. Nyatanya, menghabiskan waktu berjam-jam di depan gawai untuk mengonsumsi informasi instan dapat membuat otak kehilangan kemampuan berpikir kritis.
University of Pennsylvania telah melakukan penelitian yang kemudian dipublikasikan pada Journal of Social and Clinical Psychology. Jurnal tersebut menyebutkan batas waktu terbaik yang seharusnya kita gunakan untuk mengakses media sosial ialah maksimal 30 menit setiap hari. Wow, waktu yang singkat bukan? Padahal kalau sudah berselancar di media sosial, satu jam pun tak terasa. Lantas, berapa waktu yang biasa teman-teman habiskan dalam sehari untuk berselancar di media sosial?
Penngguna media sosial bisa mengalami brain rot, siapa pun, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Apakah kita dan orang-orang di sekitar mengalami brain rot? mari kita kenali tanda-tandanya.
Tanda-tanda bagi seseorang yang mengalami brain rot:
- Ketergantungan pada media sosial, hingga sulit melepaskan diri dari gawai bahkan saat bekerja atau belajar.
- Lebih suka berselancar/scrolling media sosial saat sedang berkumpul dengan keluarga/teman.
- Terlalu banyak menerima informasi singkat atau hiburan instan, sehingga kesulitan membaca sesuatu yang lebih panjang atau mendalam.
- Ketergantungan pada validasi sosial untuk selalu mencari lebih banyak jumlah likes, komentar dan pengakuan.
- Mengalami susah tidur, mata lelah, hingga sakit kepala setiap selesai memainkan gawai.
Jika kita abai dengan tanda-tanda di atas, brain rot akan semakin menggerogoti kehidupan kita dengan dampak negatif lainnya.
Dampak brain rot yang sering tidak disadari:
1. Menurunnya Konsentrasi
Dampak awal yang biasanya akan dirasakan pada saat kita tidak mampu mengontrol penggunaan gawai ialah menurunnya konsentrasi. Konsentrasi yang menurun membuat seseorang tak mampu untuk membaca teks yang panjang sehigga membuat kesulitan dalam memahami sesuatu.
2. Rasa Cemas Berlebih
Membandingkan diri dengan orang lain yang ada di sosial media akan memunculkan kecemasan dalam diri. Belum lagi paparan konten negatif dari sosial media, akan memperparah kecemasan dan depresi. Perlu kita ingat kawan, tidak selamanya yang terlihat di sosial media itu nyata, tidak semua yang indah itu betulan indah, sejatinya setiap orang hanya ingin menampilkan hal-hal terbaik di sosial media, sekalipun dirinya sedang berjuang keras dengan kehidupannya.
3. Melemahnya Kemampuan Berpikir Kritis
Menggunakan gawai tanpa kontrol dapat membuat otak kita kesulitan dalam menganalisis informasi, hal ini disebabkan karena kita terbiasa dengan video singkat atau informasi yang belum teruji kebenarannya.
Cara Mengatasi Brain Rot
1. Batasi Penggunaan Media Sosial
Beberapa ahli yang telah melakukan riset menyarankan untuk membatasi penggunaan media sosial. Salah satu caranya ialah dengan menggunakan aplikasi pengatur layar atau screen time yang bisa kita terapkan pada gawai. Batas screen time yang disarankan untuk orang dewasa ialah tidak lebih dari satu jam sehari (di luar jam kerja). Untuk anak dengan usia di atas dua tahun ialah 30 menit hingga satu jam. Sedangkan untuk anak dengan usia di bawah dua tahun sebaiknya sama sekali tidak menggunakan gawai.
2. Konsumsi Konten Berkualitas
Scrolling pada media sosial yang menampilkan konten-konten singkat nyatanya bisa menghabiskan waktu yang tak sedikit. Buat kita yang ingin terhindar dari brain rot, bisa mengganti konten hiburan instan media sosial dengan membaca buku, artikel yang membangun, atau podcast/video edukatif lainnya. Contohnya, aku sangat suka menyimak podcast Endgame milik Pak Gita Wiryawan, Kajian Para Ustaz, dan sebagainya. Nanti pada tulisan berikutnya insyaAllah akan aku sampaikan daftar podcast ciamik yang bisa menemani aktivitas harian kita, ya.
3. Hindari Penggunaan Gawai Sebelum Tidur
Pernahkah Sahabat mengalami kesulitan untuk tidur, kemudian menyalakan gawai? Duh, bukannya bisa tidur, malah makin sulit untuk tidur, betul tidak? Menggunakan gawai menjelang waktu tidur ternyata bisa membuat kita kesulitan tidur. Sebaiknya kita tidak menggunakan gawai satu jam menjelang waktu tidur, ya.
4. Lakukan Aktivitas Fisik
Perbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga, senam, jalan kaki selama minimal 30 menit sehari, atau aktivats lainnya seperti berkebun, memasak, menggambar. Semua kegiatan fisik yang kita lakukan akan membuat kita lupa dengan gawai, sehingga makin berkurang ketergantungan kita pada media sosial.
5. Kembali ke Dunia Nyata
Luangkan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan keluarga dan teman. Ini akan membantu membangun kembali keterampilan sosial. Kita bisa mecoba untuk menemui teman atau keluarga. Mengobrol, jalan-jalan, atau curhat dengan orang-orang di dunia nyata ternyata bisa mengurangi stres. Dan tentunya bisa mengeratkan hubungan kita dengan orang-orang yang kita sayangi.
Pada akhirnya kita menyadari gawai, internet, dan media sosial tidak selamanya baik, tidak juga selalu buruk. Tidak bisa dimungkiri sebagian dari kita mengandalkan internet dan media sosial untuk bekerja maupun belajar. Kita hanya perlu memastikan agar memiliki kontrol diri agar tidak ketergantungan menonton konten instan yang dapat merusak otak kita.
Brain rot menjadi fenomena yang memengaruhi cara kita dalam berpikir, cara kita dalam hidup di era yang informasi tersebar secara cepat ini. Kita meyakini, dengan adanya kesadaran dan upaya untuk mengatur pola penggunaan media sosial, kita dapat terhindar dari dampak negatif media sosial. Kendalinya ada di diri kita, jadi bukan media sosial yang mengendalikan kita.
Jika kita merasakan dampak negatif dari media sosial seperti, ketergantungan yang tak dapat dikontrol, perasaan cemas, serta tidak adanya semangat dalam menjalani hari, ada baiknya kita berkonsultasi kepada ahlinya. Kita bisa menghubungi psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Tetap semangat sahabat!
MasyaAllah, sangat mencerahkan. Jadi paham batasan dalam menggunakan gawai. Semoga bisa menjadi pengingat dan bisa kembali ke dunia sesungguhnya untuk terus menjaga kesehatan dan kenyamanan pribadi
BalasHapusAlhamdulillah, semoga bermanfaat untuk dipraktikan ya Pak, sehat selalu :)
HapusSering baca istilah ini dan perlu dipahami orang tua dan guru ya karena kalau tidak aware dari sekarang akan berbahaya untuk jangka panjang
BalasHapusBetul seklai kak, efeknya panjang, padahal menuju generasi emas 2045 :)
HapusSepertinya memang perlu banyak2 sosialisasi agar orang tua juga paham dampak dari brain rot ini.
BalasHapusSemakin banyak yang membahas, semoga makin mencerahkan banyak orang ya Pak :)
HapusBrain rot benar-benar perlu diketahui dan dipahami banyak orang nih, khususnya mereka yang ga bisa lepas dari medsos. Ngeri juga nih dampak negatifnya
BalasHapusBetul, betul betul. Semoga makin banyak yang paham ya Pak :)
HapusKok ngeri ya dampak Brain Rot ini. tanyangan media sosial yang melenakan membuat orang enggan untuk berpikir kritis karena semua sudah tersedia di media sosial
BalasHapusPerlu sosialisasi pada masyarakat terutama pengguna medsos generasi muda. Karena mereka lebih suka mendapat informasi instant dari medsos dibanding membaca buku atau artikel.
BalasHapusWah reminder banget nih buat Umma yang anak-anak sudah menunjukkan hal ini
BalasHapusTernyata dampak dari sosial media ada istilah tersendiri, baru tau aku.
BalasHapusBeberapa waktu yang lalu saat ada isu sosmed Twitter akan ditutup oleh kominfo, banyak yang protes. Karena sejauh ini, tinggal Twitter sosmed yang dapat menyajikan konten dengan bacaan yang panjang, bukan video pendek seperti sosmed lainnya. Setuju sih aku, secara tidak langsung juga penggunanya diharuskan membaca. Tapi tetep aja, yang namanya sosmed ada aja konten kurang berkualitas yang lewat di timeline. Harus pintar-pintar dalam memilih konten tersebut.
Bahaya banget ya rupanya dampak konsumsi konten di medsos bernilai rendah. Kayaknya secara keseluruhan ini dampak buruk gawai juga sih. Bikin kita malas mikir, apalagi semua2 bisa dengan AI sekarang, kayak ada campaign pembodohan pelan-pelan gitu. Nggak memaksimalkan otak.
BalasHapusKadang banyak informasi di medsos tuh malah bikin pusing mba. Tapi kayaknya aku sehari masih lebih dari 30 menit buat scrolling medsos entah instagram atau twitter.
BalasHapusYakin generasi zaman sekarang pasti banyak yang relate sama brain rot ini, termasuk aku huhu. Tapi bener mbak, aku merasakan yang gangguan kecemasan dan susah tidur itu. Alhamdulillah sekarang udah bisa membatasi penggunaan Instagram. Kalo TikTok emang aku sejak awal nggak begitu berminat jadi ya asal punya aja tuh, tapi nggak kepake. IG sekarang udah bisa membatasi sehari maksimal 30 menit. Nah, X ini yang masih susah banget. Sehari nggak buka X tuh rasanya kayak ada yang kurang gitu. Emang harus tekad bulat buat mengalihkan perhatian biar nggak ke sosmed terus ini...
BalasHapusMemang apa-apa yang berlebihan itu nggak baik ya. Tapi di poin nomor 3, kalau aku udah kecapekan, mau pegang gawai pun, akhirnya gawainya malah jatuh di mukaku... wkwkwk...
BalasHapus