“Berhenti bermimpi adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia,” Andrea Hirata. Menyelami kalimat ini membawaku pada sebuah perenungan, sejauh ini hidup membawaku berjalan, sudah di titik mana mimpi itu terbentuk?
Hari ini aku ingin bercerita tentang perjalanan panjang sebuah mimpi. Mimpi yang tak pernah benar-benar padam, walau sempat menyala dan redup berkali-kali. Mimpi tentang literasi, tentang buku, dan tentang harapan yang kemudian mewujud menjadi, Buku untuk Nagari.
Semua berawal pada tahun 2013, saat aku masih menjadi penerima manfaat Beastudi Etos. Sebagai syarat untuk mengikuti Temu Etos Nasional (TENs), kami diminta membuat proyek sosial. Dengan waktu yang sangat terbatas dan otak yang dipaksa kerja keras, lahirlah sebuah ide: Saung Baca Indonesia.
Namanya lumayan mentereng, ya. Tapi jujur saja, realisasinya masih jauh dari sempurna. Proyek ini akhirnya hanya ‘menumpang’ di program Sekolah Desa Produktif Rowosari Etos Semarang. Saat itu, bersama teman-teman, kami menjalankan Rumah Inspirasi, yang di dalamnya ada berbagai kegiatan literasi dan pendidikan.
Tahun berganti, semangatnya belum juga padam. Tahun 2015, ketika menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN), aku kembali membawa mimpi itu. Bersama tujuh teman seperjuangan, kami mengusung program literasi bernama Saung Pintar. Targetnya jelas: ingin menjadikan literasi sebagai program unggulan.
Tapi lagi-lagi, pelajaran datang. Proposal baru kami siapkan H-1 sebelum keberangkatan. Sponsor? Tentu nihil, dong. Setelahnya kami belajar bahwa program KKN yang berdampak butuh persiapan matang, bukan sekadar program kejar tayang. Meski Saung Pintar tak berjalan sesuai harapan, kami tetap bersyukur karena program lainnya tetap berjalan, meski lebih banyak ‘berjalan-jalan’, hehe.
Setelah itu? Hidup terus berjalan, dengan perjalanan yang makin random. Buat gerakan literasi, lalu tenggelam. Bangkit lagi, semangat, tumbuh, jatuh lagi, bangkit lagi, covid, meredup, lalu hilang. Begitu terus.
Namun, satu hal yang tak pernah hilang adalah semangat untuk tetap terlibat dalam dunia literasi. Sampai di titik ini aku bersyukur karena bertemu dengan berbagai orang, mentor, coach dan belajar berbagai hal dari mereka tentang dunia literasi.
Dan kini, setelah melewati berbagai fase, aku kembali lagi memulai dari titik awal. Dengan nama dan semangat baru: Buku untuk Nagari.
Apa Itu Buku untuk Nagari?
Buku untuk Nagari adalah gerakan sosial literasi yang bertujuan untuk menghadirkan buku-buku berkualitas ke pelosok-pelosok Indonesia, khususnya untuk saat ini di Sulawesi Selatan. Gerakan ini hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap rendahnya akses literasi di daerah tertinggal.
Kami percaya bahwa setiap anak Indonesia, di mana pun mereka berada, berhak tumbuh bersama buku. Berhak bermimpi, berimajinasi, dan belajar sebanyak mungkin.
Melalui Buku untuk Nagari, kami berupaya menghubungkan para pejuang literasi di berbagai sudut negeri dengan donatur, relawan, dan komunitas yang ingin ikut bergerak bersama.
Sasaran awal kami meliputi beberapa ruang baca komunitas di Sulawesi Selatan yang sedang maupun akan dibentuk, seperti:
- Perpustakaan Mini Kebun Inklusi: Bulukumpa, Bulukumba
- Pojok Baca Masjid Rantebua Sanggalangi: Toraja utara
- Taman Baca Pulau Sarrapo Caddi: Pangkajene dan Kepulauan
- Rumah Belajar Letta: Pinrang
Buku untuk Nagari bukan sekadar gerakan donasi buku, tapi juga ruang kolaborasi. Kami ingin menumbuhkan komunitas literasi yang hidup, mendampingi ruang baca secara berkelanjutan, dan menghadirkan kegiatan edukatif yang menyentuh.
Yuk, Kolaborasi Bersama Buku untuk Nagari!
Kami percaya, setiap orang punya kontribusi yang bisa diberikan. Sahabat yang suka baca, bisa berbagi koleksi buku. Sahabat yang punya ide, bisa bantu kami memperkuat program. Sahabat yang aktif di komunitas, bisa ikut menjadi mitra literasi. Atau, bisa juga dengan menyebarkan semangat ini ke lebih banyak orang, itu pun sudah sangat berarti.
Sahabat bisa follow akun Instagram kami di @bukuuntuknagari. Atau jika ingin berdiskusi, menyumbang buku, atau berkontribusi langsung, jangan ragu untuk menghubungiku ya!
Karena kami percaya setiap buku yang dibaca di pelosok, bisa jadi lentera yang menerangi masa depan. Bersama-sama, kita bisa menyalakan lebih banyak lentera. Kalau Sahabat punya mimpi yang belum berhasil, jangan berkecil hati. Mungkin sekarang belum waktunya mekar. Tapi selama dirawat, ia akan tumbuh. Seperti halnya Buku untuk Nagari, yang tumbuh dari mimpi lama yang belum selesai.
Sebuah langkah kecil tapi dampaknya sangat positif untuk meningkatkan dunia literasi di Indonesia yang dirasa masih kurang
BalasHapusaku suka banget sama komunitas atau organisasi yang mengajak masyarakat buat sadar pentingnya literasi dengan gerakan berbagi buku bacaan. Sebenernya berharap juga sama pemerintah untuk membangun perpustakaan tiap kabupaten, jadi anak-anak dewasa bisa dapat wawasan gratis
BalasHapusMinat baca buku harus ditumbuhkan kembali, karena memang saat ini gen alpha lebih suka visual dari baca buku. Semoga komunitas buku untuk nagari semakin sukses ya dalam menularkan semangat membaca :)
BalasHapusKeren sekali program nya. Mungkin buku fisik sudah sangat jarang untuk dibaca karena beralih ke digital. Dengan adanya buku untuk nagari ini semoga bisa membuat kita jatuh cinta lagi dengan buku
BalasHapusWaahhh, aku pengen banget mbak. Buku bacaanku lumayan banyak dan masih bagus. Lokasi kakak ini di Sulawesi ya? Beberapa bulan lalu, (satu kardus buku bacaan) aku sumbangkan ke dinas perpustakaan di kota Malang, karena lokasiku di situ. Kegiatan ini bukan hanya membuat akses terhadap literasi jadi mudah, tapi juga membuat buku itu nggak lagi jadi barang tersier. Jujur sering di keluhkan beberapa kawan pembaca tuh yang katanya harga buku masih termasuk mahal.
BalasHapusDengan adanya kegiatan donasi ini, malah bikin buku tak lagi jadi barang mewah. :)
wah keren sekali mimpinya.... so proud. Kukira kegiatan ini diadakan di sumatera barat loh, karena di Sumbar menyebutkan Negeri itu Nagari, rupanya di sulawesi ya....
BalasHapusSalut banget sama perjuangannya. Dari jatuh bangun sejak 2013 sampai akhirnya lahir Buku untuk Nagari. Nggak cuma bagi-bagi buku, tapi juga bangun komunitas literasi di pelosok. Inspirasinya dapet banget!
BalasHapusSemoga terus maju dan berkembang ide mulia memajukan dunia literasi di negeri kita, Kak Septi. Mudah-mudahan juga semakin banyak generasi muda yang tergerak seperti Kak Septi untuk berbuat nyata semampu kita agar bangsa ini melek literasi
BalasHapusProgramnya sangat bagus untuk memajukan literasi di pelosok-pelosok. Dengan buku membuka wawasan dan menambah ilmu anak2 di pedalaman. Terima kasih sharingnya.
BalasHapusKeren sekali programnya, di tengah tantangan gadget ada program spt ini semacam nemu oase di padang pasir. Semoga sukses programnya.
BalasHapusKeren sekali ya dan perjuangan patut di apresiasi dengan bangga. Bahwa literasi masih perlu diperjuangkan
BalasHapusMeskipun kegiatannya timbul tenggelam, semangat untuk terlibat di dunia literasi tetap menyala, ya. Semoga Buku untuk Nagari bisa menjadi pelita bagi sekitarnya yang makin lama nyalanya makin benderang.
BalasHapusMbak septiii keren banget, suka banget sama semangatnya. Semoga tidak pernah lelah menyebarkan pelita ke pelosok negeri ya mbak.
BalasHapusKeren banget mbak septi, jangan pernah lelah dan semangat selalu dalam menebar kebaikan. Semoga semakin terang benderang yaaa
BalasHapus