septiayu

Coretan


Muharram: “Merencanakan Proses”
Oleh:
Septi Ayu Azizah
“Saya berjalan menyusuri tiap potong kehidupan. Melewati ruang dan tempat yang sama, cuaca sama, dan enegi yang sama. Tak ada yang berbeda kecuali waktu. Waktu sendiri dengan congak mengejek saya, mengolok-olok saya yang tak kunjung berubah. Dahulu jalan kaki sekarang jalan kaki, dulu bermandikan peluh sekarang pun sama, pakaian yang dikenakan sama, bedanya ia bertambah kusam terkontaminasi deterjen dan di jerang panas. Bodohnya lagi tak ada target untuk berubah. Kalau pun ada, sekeping harapan itu hanya menjadi angin lalu karena tak mampu direalisasikan saat ia di depan mata. Meski telah bersusah payah mendapat kepingan itu, tak kuasa tangan menyusunnya menjadi bentuk yang indah dipandang.”
Bisa jadi cerita diatas merupakan satu bagian kecil persoalan yang dihadapi orang-orang disekeliling kita. Atau bahkan kita sendiri tokoh utama dalam cerita tersebut. Sayangnya kebanyakan dari kita acapkali tidak sadar bahwa kita tengah berada
di titik yang sama. Stag di tempat yang sama, jalan di tempat. Saat yang lain mencapai garis finish, kita justru masih mengambil ancang-ancang di garis start. Parahnya lagi kita hanya berlari di tempat dan kita tidak sadar.
Ketiadaan peta konsep atau rencana strategis atau life mapping atau entah apalagi namanya, dapat menjadi salah satu penyebab. Namun, ada pula yang memiliki rencana amat baik tapi tak mampu merealisasikannya, tak mampu menjalani agenda kehidupan sendiri secara seimbang, ini diibaratkan seperti orang yang lari di tempat.
1 Muharram, bukanlah sekedar seremoni yang diperingati dengan hingar bingar. Meniup terompet kencang-kencang, menabuh bedug sekuat tenaga, menyulut warna-warni kembang api. Bulan Muharram justeru dijadikan sebagai refleksi atas setiap tingkah laku. Moment ini menantang kita untuk menabuh genderang kompetisi, hingga kita dapat menghirup berupa-rupa warna kehidupan sampai pada titik dimana kita memahami hakikat kehidupan sejati.
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS.Al-Qashash:56). Sebagai bulan perbaikan, Muharram secara langsung mengingatkan kita untuk bermuhasabah, mengoreksi setiap peristiwa yang dilalui selama satu tahun terakhir, mensyukuri, mengevaluasi dan di hari berikutnya memperbaiki bagian-bagian yang keliru. Di bulan inilah kita tertantang untuk berlomba menyusun renstra terbaik agar hidup lebih terarah, terkonsep dengan tujuan yang jelas.
“Tulislah rencanamu dengan pensil, tapi biarkan penghapusnya di tangan Allah, agar Ia menghapus bagian yang salah dan mengganti dengan rencana Nya yang indah.” Kalimat ini semacam Quote atau entah apa, tapi benar apa adanya, kita hanya bisa menyusun rencana terbaik dalam kadar kita, “Baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, tapi baik menuut Nya pasti baik untuk kita.” Karena, setiap proses pelaksanaan proker hidup tidak selamanya apa yang kita tulis terlaksana dengan lancar. Masa-masa sulit tentu akan dirasa. Hanya saja sebagian dari kita ingin menghindari masa sulit itu. Padahal belum tentu setiap kesulitan yang dirasa adalah suatu hal yang buruk.
Seorang Inspirator pernah bercerita, yang kurang lebihnya sebagai berikut. Jika hidup ini adalah tentang pertanyaan maka kita harus mencari jawaban atas setiap pertanyaan. ada saatnya kita belum mampu menjawab suatu pertanyaan, dan saat itulah kita dituntut untuk belajar. Lewat belajar kita dapat tahu beragam cara untuk menjawab pertanyaan, karena cara menyelesaikan suatu soal dapat melalui beragam cara. Menapaki kehidupan tidak selamanya kita tahu kisi-kisinya. Namun, akan ada suatu masa saat kita tahu bahkan hafal atas setiap pertanyaan. Tugas terpenting setiap dari kita adalah belajar dan merancang potongan kehidupan seperti apa yang akan kita rangkai.
Bagi saya pertanyaan itu bisa datang dari diri sendiri maupun dari sekitar kita. Pertanyaan yang paling utama adalah yang datang dari diri sendiri. Pertanyaan itu berupa mimpi dan harapan seperti apa yang ingin kita capai? Itu tersusun dalam rencana kehidupan kita, dan jawabannya adalah rangkaian proses yang kita jalani. Proses itulah yang akan mengantarkan ke mana arah dan tujuan kita melangkah. Keberhasilan atau kegagalan kita sendiri yang akan menentukan.
Karena setiap dari kita memiliki harapan yang kokoh akan kehidupan yang lebih baik, maka kita perlu merencanakannya. Merencanakan proses yang akan kita jalani. Proses yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Dan begitu sebaliknya, telah menjadi sunnatullah. Proses. Penilaian terbaik adalah pada proses, bukan hasil. Bulan Muharram menjadi moment yang tepat bagi kita untuk merencanakan proses yang akan kita tempuh, setidaknya dalam rentang waktu satu tahun.
Umar bin Al Khatthab radhiyallahu’anhu berkata : ”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah)”. “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS Al-Haaqqah : 18).
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

Posting Komentar