septiayu

Surat Cinta untuk Ibu

selamat hari ibu
ilustrasi: design pribadi

Surat cinta untuk ibu, tertulis penuh kasih untuk wanita pertama dalam hidup setiap orang. Jika menulis surat cinta untuk doi sering dijalani, menulis puisi untuk si dia tak pernah alpa, menulis cerita untuk pembaca, selalu dikejar, sudahkah menulis surat cinta untuk ibu? Ya, surat cinta yang sengaja benar dituliskan untuk ibu. 

Bercerita tentang ibu, tak akan ada habisnya. Jika ditanya, satu kata yang menggambarkan ibu, apa jawabmu? Keteguhan, kehidupan, penyayang, pulang, kasih, setia, semangat, bijak, kekuatan, perjuangan, teduh? Faktanya, satu kata selalu tak cukup mewakili sosok ibu, "seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu." Ini mah lagunya Iwan Fals ya.

Jika, ada sebuah lagu yang mewakili sosok ibu, lagu apa yang ingin kalian nyanyikan? Apakah akan mewakili kasih dan pengorbana, bahkan setiap tetes peluh yang luruh dari kening ibu? 

Seperti syair yang setiap malam ibu dendangkan, mengantar kita pada mimpi. Seperti nyanyian yang sekali waktu ibu bisikan, meredakan tangis dan ketakutan kita dalam timang peluknya. Adakah? Adakah syair itu yang bisa mewakili seluruh perasaan tentang kasih dan pengorbanan ibu? 

"Bisakah kau hidup tanpa teduhnya wanita 
Yang di setiap sujudnya terbisik namamu 
Ia cerminan sisi terbaikmu 
Lindungi hatinya 
Sekalipun di dalam amarah" -Teduhnya Wanita, Raisa- 


hari ibu
pict: design pribadi

Penulis lagu punya cara menceritakan tantang sosok ibu, contohnya Raisa dalam lagu Teduhnya Wanita, lagu yang selalu membawa ingatannya pada sosok ibu. 

Pelukis terhebat, punya cara melukis gurat kasih sosok ibu pada canvas, memilih warna yang mewakili seluruh kasih Ibu, setiap titik warna yang ia sajikan bermakna. 

Lalu, siapa kita? Apakah kita seorang penulis lagu atau pelukis hebat? Setiap orang selalu punya cara untuk menunjukkan rasa cintanya pada Ibu, apapun profesinya. Ya, apapun profesi kita, kita bisa menunjukkannya pada ibu, lewat sebuah surat. 

Surat cinta untuk ibu, jika kalian memiliki kesempatan untuk menulis sebuah surat cinta untuk ibu, apa yang ingin kalian sampaikan untuk Ibumu? Ya, dalam surat cinta untuk ibu, kita bisa menulis sesuka hati, tak ada yang akan menilai surat kita benar atau salah, tak ada tips khusus untuk menulis surat cinta untuk ibu.

Menulis sepenuh hati, hanya itu yang dibutuhkan untuk menulis surat cinta untuk ibu. Ibu ialah sosok terbaik yang selalu mampu membaca isyarat kita, sekalipun jarak memisah. Yang dari hati, selalu sampai ke hati.

Teruntuk ibuku, wanita pertama dalam hidupku, kupersembahkan surat cinta ini untuk ibu. 

Surat Cinta untuk Ibu


surat cinta untuk ibu
pict: design pribadi


Ibu, ternyata kehidupan begitu keras. Tak seperti yang kubayangkan. Aku pikir selama aku hendak berusaha, menjadikan-Nya sebagai tujuan, semua akan mudah dijalani. Namun hingga penat merasuk, lelah pun tak kuasa merajuk, aku terkapar, tak tertahankan lagi dengan kerasnya ia. 

Ibu, ternyata jalan yang tiap hari kulewati ini tak selamanya mulus. Kadang menukik tajam hingga aku hampir terjatuh. Ada juga persimpangan yang buatku jadi ambigu. Berat aku memilih, tak mudah memutuskan, acapkali aku terombang-ambing tak mengerti arah, hampir saja aku tersesat karenanya. Ada pula, jalan terjal penuh onak dan hambatan. Ibu, kakiku sering terluka, sepatuku merajuk, belum lagi terik matahari yang menyurutkan semangatku, menebar debu, menyesakkan saluran nafas. 

Ibu, ternyata rumah ini tak senyaman dalam anganku. Leher ini seringkali kaku, kaki sulit diluruskan, belum lagi atapnya yang bersentuhan dengan kepala, buatku sulit melangkah. Aku terduduk, tapi kursi itu goyah. Aku berbaring, namun ranjang itu patah. Saat kunaiki anak tangganya, aku terjerembab. Kamar mandi pun tak mau menerimaku, aku terpeleset saat menuju pintunya. 

Ibu, ini sungguh tak mudah bagiku. Andai saja dulu engkau tak ajarkanku arti kesabaran, bisa jadi aku telah menghabisi hidup ini. Berprasangka buruk pada ketetapan-Nya, mati oleh rasa takut dan kersanya ia. 

Ibu, Andai saja dulu engkau tak ajari aku tentang kepercayaan. Bisa jadi, aku tersungkur saat menyusuri jalanan terjal, atau aku menemukan buntu di ujungnya. 

Ibu, kalau saja dulu engkau tak ajari aku tentang usaha dan kerja keras. Bisa jadi, aku terkalahkan oleh ruang dan waktu. Ibu, aku tersadarkan. Pemahaman yang kau tanamkan buatku mengerti. Awal, tengah, dan akhir, semua kan indah jika niat kita indah. Seperti apa aku hari ini tak dapat lepas darimana aku berasal. 

Ibu, itu amat sederhana, Sabar, percaya, dan kerja keras. Hanya saja kesederhanaan itu tak selamanya kujumpai pada tempat-tempat yang aku singgahi. Untungnya, engkau melengkapi pemahaman itu dengan sebuah rasa syukur. Itulah kunci hidup yang kau tanamkan dan menjadi bekalku hari ini. 

Meski, maafkan aku Ibu, tak selamanya aku bisa mempraktikan semua itu. Karena kebodohanku, kesombongan yang mengelilingiku, aku semakin terperdaya. Tapi, terima kasih Ibu, pemahaman itu sedikit banyak menyadarkanku, aku tak tahu apa jadinya aku jika engkau tak mengajariku, Ibu. 

Berjuta terima kasih tak akan cukup untuk segala jerihmu Ibu. Aku, hanya ingin, selalu ingin menjadi yang terbaik untukmu. Maafkan aku untuk segala aku yang tak selalu mampu membuatmu tersenyum. Terima kasih Ibu untuk berjuta pengertian, penerimaan, dan segalanya. 

Bahagiaku, saat kau menganggap ada engkau pada diriku. 

hari ibu

Epilog 

“Tajam rasa racun dunia 
Dia punya penawarnya 
Kelembutanya, kekuatannya 
Bisakah kau hidup tanpa teduhnya wanita.” –Teduhnya Wanita, Raisa- 

Selamat hari Ibu, 22 Desember nanti. Meski tak harus menunggu hari Ibu untuk rayakan berjuta rasa kasih untuk ibu. Setiap hari adalah hari yang kita habiskan bersama ibu, tak peduli meski jarak menjadi pemisah, bukankah kita meyakini, tak ada jarak untuk kasih ibu? 

Surat cinta untuk ibu, kalian bisa mencobanya ya, menuliskan surat cinta untuk ibu. Tulis dengan sepenuh hati surat cintamu, lalu nantikan reaksi ibumu. Selamat mencoba! 

septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

18 komentar

  1. aku selalu terharu setiap ada tema yang ngangkat tentang ibu, huhu dan baca ini jadi rasanya pengen langsung peluk ibu, pdhal beliau dah tidur di kamar hohoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perlu dicoba mbak Aky, peluk ibu sewaktu sedang lelap, apa reaksinya? Wkwk

      Hapus
  2. MasyaAllah surat cintanya sangat mengharukan. Pengen langsung peluk ibu💚

    BalasHapus
  3. tiba-tiba jadi merindu ibu yang jauh di sana. hu hu hu
    btw, ilustrasinya bagus banget mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos ya mba, Sama-sama jauh jarak sama ibu.. Hiks, masih latihan ala kadarnya mba bikik ilustrasi

      Hapus
  4. Nulisnya sambil nangis nih kayaknya, soalnya pas dibaca jadi perih matanya

    BalasHapus
  5. Baca judulnya jadi inget judul lagu "Surat Cinta untuk Starla" hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku sambil mengingat film surat cinta untuk Tuhan mba.. Hehe

      Hapus
  6. Dulu sering berangan-angan, nanti sebelum nikah mau peluk ibuk semalaman, nanti kalau mau lahiran pengennya curhat-curhatan dulu sama ibuk..
    Qadarullah waktuku bersama ibuk di dunia sudah selesai. Allah sayang sekali sama ibuk, makanya ibuk dibebaskan dari segala rasa sakit��
    Mohon doa ya biar kami bisa ketemu lagi di tempat dan keadaan yang lebih bahagia, semoga itu di surgaNya��

    Buat yang masih ada ibu, semangat birrul walidain-nya~

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah sayy, insyaAllah kelak kita reuni bareng-bareng sama ibuk di taman syurga yaa

      Hapus
  7. Masya Allah, tulisan ini bikin melo. Apalagi buatku yang setahun ini nggak bisa nengok in ibu krn corones ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebaran ndak bisa mudik ya bun.. Semoga corones segera berakhir, biar bisa kumpul sama Ibu.

      Hapus
  8. pas banget tulisannya bentar lagi hari ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bermula dari bingung mau bikin design apa. Design sudah jadi, giliran bingung mau nulis apa. Semoga tidak apa-apa. Eh, apasih. Wkwk

      Hapus
  9. Ku terharu kak septi
    Membaca tulisan di atas rasanya ingin pulang

    BalasHapus

Posting Komentar