septiayu

Manusia Pilihan: Sumayyah

sumayyah manusia pilihan

Sobat Bloggku, hari ini saya akan berbagi kisah manusia pilihan bernama, Sumayyah. Ada kah di antara kalian yang tidak asing dengan nama Sumayyah? Buat saya jelas tidak asing, karena Sumayyah dijadikan nama salah satu kelas di sekolah saya mengajar, di mana ini tahun kedua saya menjadi wali kelas Sumayyah. 

Setelah merunut ke belakang, ternyata sudah lama saya ngefans banget sama Sumayyah. Pertama kali mengenal beliau sewaktu membaca sebuah buku berjudul “Mereka Adalah Para Shahabiyat, Kisah-kisah Wanita Menakjubkan yang Belum Pernah Tertandingi hingga Hari ini.” Saking ngefansnya dengan Sumayyah, pernah suatu kali, saat mengikuti kegiatan di kampus memberi nama grup dengan nama Sumayyah. Dan qadarullah, saat ini nama Sumayyah masih terus menemani hari-hari selama aktivitas mengajar di sekolah

Buku “Mereka Adalah Para Shahabiyat, Kisah-kisah Wanita Menakjubkan yang Belum Pernah Tertandingi hingga Hari ini” ini saya pinjam dari perpustakaan asrama sewaktu di kampus, dibaca pada saat masih kuliah semester satu, dan ternyata tak hanya membaca, saya juga menemukan sebuah file tulisan, yah semacam ringkasan dari buku tersebut. Oke deh, sayang rasanya jika tak membagikan file tulisan ini. Yuk deh langsung saja kita simak kisah manusia pilihan bernama, Sumayyah.

Kisah Sumayyah: Syahidah Pertama dalam Sejarah

“Ahad, Ahad, Ahad!”

Sebagian dari kita jika mendengar kata di atas, maka ingatan kita akan tertuju pada satu nama, Bilal. Bilal, sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya dan tetap menancapkan ketaatan kepada Allah dan Rasul meski dijerang panas dan dihantam benda-benda yang menyakiti tubuhnya. Dikisahkan, Bilal selalu meneriakkan “Ahad!” saat ia disiksa oleh kaum kafir.

Begitu banyak sahabat Nabi yang senada dengan kisah Bilal, salah satunya ialah Sumayyah binti Khayyat. Sumayyah ialah hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Sumayyah menikah dengan Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Makkah. Karena ia hidup sebatang kara, tak ada kabilah yang dapat membela, menolong dan mencegah kezaliman yang menimpa dirinya. Di bawah aturan yang berlaku pada masa jahiliyah menjadikan posisinya serba sullit.

Yasir hidup dalam kekuasaan Abu Hudzaifah yang akhirnya dinikahkan dengan budak wanita bernama Sumayyah. Keduanya hidup tentram, hingga tidak berselang lama dari pernikahannya lahir anak yang mereka beri nama Ammar dan Ubaidullah.

Ketika Ammar hampir menjelang dewasa, ia mendengar agama baru yang disampaikan oleh Muhammad bin Abdullah, hingga ia memeluk dienul Islam. Saat di rumah, Ammar menemui kedua orang tuanya dengan keadaan iman yang terpatri dalam jiwa. Beliau menceritakan pertemuannya dengan Rasulullah, lantas menawarkan kepada kedua orangtuanya untuk mengikuti dakwah Islam. Ternyata, Yasir dan Sumayyah menyambut dakwah yang penuh barakah tersebut dan bahkan mengumumkannya.

Dari sinilah dimulainya sejarah agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah islam. Bani Makhzum mengetahui keislaman Sumayyah, sehingga orang-orang kafir menentang. Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari Islam.

Bani Makhzum membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang sangat panas, namun tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan, “Ahad... Ahad...” dari beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang dilakukan Yasir, Ammar dan Bilal.

manusia pilihan


Ketika Rasulullah menyaksikan keluarga muslim yang tengah disiksa tersebut, beliau menengadahkan ke langit seraya berseru, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah, maka beliau bertambah tegar dan optimis dengan imannya, ia mengulang-ulang dengan berani, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”

Sumayyah telah merasakan lezat dan manisnya iman sehingga baginya kematian adalah sesuatu yang remeh dalam rangka memperjuangkan akidahnya. Di hatinya telah di penuhi kebesaran Allah, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang zalim, di mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinan sekalipun hanya satu langkah semut.

Pada akhirnya para Taghut berputus asa mendengar kalimat yang diulang-ulang oleh Sumayyah, Abu Jahal melampiaskan kemarahannya dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah. Beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam islam. Ia gugur setelah memberikan contoh baik dan mulia bagi umat manusia dalam hal keberanian dan keimanaan, beliau telah mengerahkan segala apa yang dimiliki dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan keimanannya dan mengharap perjumpaan dengan Nya, di tempat yang jauh lebih baik. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabbnya. “Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari Kedermawanaan.” Wallahua’lam.

Oke sob, itu tadi kisah Sumayyah, mohon maaf ya tidak ada keterangan penulis buku dan segala identitas bukunya. Sudah lama sekali membaca buku ini, dan lupa tidak mencatat identitasnya. Jadi daripada salah memberikan informasi, saya tulis apa adanya ya.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Sumayyah, kisah sahabat wanita yang mulia. Kemuliaan yang masih dikenang hingga hari ini. Semoga menjadi teladan baik untuk kita, kelak ketika kita meninggal dunia, ingin dikenang seperti apa diri ini? Semoga kita bisa dikenang sebagai manusia pilihan, meninggal dengan mulia,.
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

14 komentar

  1. Kehidupan masa sahabat/sahabiyat adalah salah satu fase kehidupan terbaik, karena dapat berinteraksi langsung dengan Nabi. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kebaikan hidup mereka, termasuk Sumayah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Robb, semoga kehidupan kita bisa berkiblat pada kehidupan para sahabat yang mulia.

      Hapus
  2. MasyaAllah, kisah Sumayyah ini suka bikin ngilu di hati bacanya. Gambaran iman yang luar biasa kuatnya.

    Berharap bisa meneladaninya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Robb, keteladanan yang luar biasa ya Ustazah. Semoga kita bisa menjadi muslimah pemberani dan kokoh imannya seperti Sumayyah. :)

      Hapus
  3. masyaallo, subhanalloh, sy paling suka kisah2 sejarah islam, ada kelegaan tersendiri ketika kita memang telah menjadi seorang muslimah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, menambah syukur untuk kita. Semoga Allah berkahi kita semua ya Mbak. Aamiin.

      Hapus
  4. Seorang teladan bagi muslimah masa kini. Harus tegar dalam menghadapi cobaan. Cobaan kita belum ada apa-apanya dibandingkan cobaan beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Mbak Nia, hiks. Kadang sudah ngeluh banyak hal, padahal ujian belum ada apa-apanya. Jadi insekyur...

      Hapus
  5. Iman Sumayyah begitu kuat dan sungguh memberikan inspirasi kepada umat yang lain. Subhanallah aku terharuu bacanya 🥺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru balas bulan Oktober dan masih juga melow, huhu. Semoga terinspirasi ya Kak. :)

      Hapus
  6. cerita ini pernah aku dengar pas ngaji waktu kecil dulu dan kisah ini salah satu kisah yang membuatku terharu

    BalasHapus
    Balasan
    1. MaasyaAllah, semoga jadi inspirasi untuk kita semua ya Pak Martin:)

      Hapus
  7. masyaa allah, mbaak rekomendasiin buku kisah shahabiyah dooong. pengen yang ceritanya cukup lengkap, tapi bahasanya ngga berat-berat hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adaa mbaak, sini beli padakuu.hihihi. Bahkan kalau kita baca novel Tassaro GK yang Muhammad, itu diambil dari siroh, dikemas dalam bentuk novel. Sini-sini aku bisikin. hihihi

      Hapus

Posting Komentar