septiayu

Tips Menulis Berhikmah

tips menulis hikmah
Setiap orang bisa menulis, namun bisakah setiap orang mampu menanamkan hikmah pada setiap tulisannya? Tentu, setiap penulis berharap agar tulisannya bisa diterima dan bermanfaat untuk pembaca. Bahagia bukan hanya diterima oleh pembaca yang mampu menangkap hikmah dari sebuah tulisan yang dibaca, namun juga akan dirasakan oleh penulis.

Kali ini, saya akan membagikan catatan hasil dari Kuliah WhatsApp (kulwap) dengan Tema Menulis Berhikmah yang diadakan oleh Komunitas Bunda 1011. Kulwap yang diadakan pada hari Sabtu, 6 November 2021 ini, menghadirkan Teh Rena sebagai pembicara. Yuk kita kenalan dulu dengan Teh Rena.

Irena Puspawardani atau lebih dikenal Rena Puspa atau Teh Rena ialah seorang penulis sekaligus guru BK di SD CME Al-Burni, Bandung. Teh Rena telah menerbiktkan berbagai buku, diantara karyanya, “Bahagia Ketika Ikhlas” penerbit Elexmedia Komputindo, “Kugapai Bahagia Bersama-Mu” penerbit Indiva Media Kreasi, dan “Sukses itu Bahagia” penerbit Ihsan Media. Ketiga buku tersebut membahas tentang pengembangan diri dan penguatan kelurga.

Teh Rena lahir di Cirebon, mendapat gelar master bidang konseling di Open University Malaiysia. Sejak tahun 2017, Teh Rena dipercaya oleh penerbit Ihsan Media sebagai founder Komunita Ibu Bahagia Indonesia.

Alasan Menulis Hikmah

Mengapa kita harus menulis berhikmah? Tentu setiap orang punya alasan yang berbeda, mengapa ia menulis, mengapa melakukan ini dan itu. Teh Rena membagi beberapa hal yang bisa mendasari seseorang untuk menulis berhikmah, di antaranya:

  • Dapat meningkatkan level kebahagiaan, sehingga kita lebih menikmati hidup.
  • Dapat membantu kita menemukan makna dari kejadian buruk.
  • Dapat membantu kita menyelesaikan berbagai permasalahan hidup.
  • Sebagai jalan menemukan diri kita yang sejati.

Cara Menulis Hikmah

Lantas bagaimana agar tulisan kita bisa syarat hikmah? Menurut Teh Rena, ada beberapa tahapan dalam menulis hikmah:

1. Menulis Katarsis

Katarsis, apa itu? Kata Narsis?

Katarsis yaitu tulisan yang berfungsi untuk melepas emosi dan ragam perasaan negatif dari dalam diri. Tulisan penuh hikmah sulit diraih saat hati kita masih penuh dengan sampah emosi negatif. Maka buang dulu semua sampah emosi negatif dengan menulis katarsis. Tulis semua yang terlintas di hati dan pikiran, jangan diedit.

Menurut Teh Rena menulis katarsis menjadi penting, agar kita bisa menghasilkan tulisan penuh hikmah, namun tidak terkesan curhat, tuntaskan dulu proses menulisnya (menulis katarsis) sampai lega. Selama proses katarsis belum selesai, hikmah akan sulit muncul. Namun, perlu diingat, tulisan katarsis tidak untuk dipublikasikan yah. Ya kali, tulisan sampah mau disebar, hehe.

2. Menangkap Masalah

Mampu menangkap segala permasalahan yang ada. Setelah melakukan proses menulis katarsis, resapi kembali apa sebenarnya permasalahan utama kita dan apa sebenarnya kebutuhan dasar kita yang belum terpenuhi. Permasalahan yang datang biasanya merupakan sebuah pesan cinta dari Allah, bahwa ada kebutuhan dasar kita yang belum terpenuhi.

”Manusia tidak dilahirkan sebagai kertas kosong (blank slate), namun memiliki 5 Kebutuhan Dasar.” (Dr. William Glasser)
“Ide dijentikkan setiap hari agar manusia mampu mengatasi masalahnya. Ide adalah petunjuk bagi penulis untuk menuliskan buah pikiran dan perasaannya secara bernas. Ide melemah tak tertangkap saat kita jauh dari-Nya" -Bambang Trim (Penulis dan Editor)-

3. Kebutuhan Dasar

Menelusuri apa sebenarnya kebutuhan dasar kita yang belum terpenuhi, sebenarnya kunci pembuka permasalahan kita, sekaligus menjadi tahapan awal membuat tulisan penuh hikmah.

4. Membaca dan Mengaktifkan Panca Indra

“Panca indra manusia bagaikan 5 pintu yang terbuka menghadap dunia luar. Tetapi yang lebih menakjubkan adalah hatinya berjendela terbuka (ke dalam) ke arah dunia gaib yang tak kasatmata, saat sesekali ia bisa menerima isyarat tentang masa depannya.” (Al-Ghazali)

Bagaimana Sob, sudah siap menulis karya yang syarat hikmah? Teh Rena menutup Kulwap dengan kalimat, “tulislah apa yang benar-benar kita butuhkan, karena itu sebenarnya jalan kita menyelesaikan masalah sekaligus jalan menemukan diri kita yang sejati.” Yuk semangat menulis, semoga tahun depan makin banyak karya yang kita lahirkan, dan tentunya karya yang bisa bermanfaat untuk orang lain ya Sob, Aamiin.
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

Posting Komentar