septiayu

Ekspresi Pertama (Serial tentang Ujian #2)

"Guys, ketawanya yang kalem."
"Itu cuma tikus lewat loh, bukan tikus demo. Yang kalem."
"Kecoa nggak gigit kamu, rajin bersih-bersih lah. Yang kalem."

"Oi, yang kalem! oi! bisa kalem nggak sih, nggak perlu teriak-teriak, nggak perlu ketawa kenceng-kenceng!"
*Yang ngasih tahu gak bisa kalem. haha.


Masih ngomongin ujian, ujian ternyata bukan melulu soal perkara-perkara besar.
Perkara kecil nan sepele pun bisa jadi ujian. Kok bisa? Iya lah. Ekspresi kita jadi permulaan yang menentukan.

Tikus lewat di depan muka. Ujian.
Nonton video lucu sangat. Ujian.
Kepleset di depan kamar mandi. Ujian.

Guys, bersikaplah sewajarnya. Tikus lewat gak semengagetkan dosbing komen di status FB nanyain kapan bimbingan (wakakak). Kontrol rasa takut yang berlebihan.

Video lucu, nggak perlu pakai ngakak-ngakak se-RW dengar semua. Kontrol diri untuk tak naikkan suara pada volume maksimal.

Kepleset depan kamar mandi, belum macam kepleset di jalan raya! tak perlu tersedu sedan itu, meratapi nasib yang tak kunjung membaik, hehe.

Nah loh, kalau pada perkara-perkara kecil aja masih belum mampu mengendalikan diri. Gimana mau kendalikan perkara-perkara besar?
Kalau urusan kecoa lewat aja masih suka suheri-suka heboh sendiri- apa kabar ekspresi diri saat berita duka lewat?

Allah tak suka segala yang berlebihan, daaan banyak tertawa mengeraskan hati sebagai celah masuknya syaitan. Terlalu bersedih pada urusan dunia hanya membawa beban pada pikiran dan hati... Lama-lama bisa skizo... Tak tak tak tak tak mau tak.
So, bersikap sewajarnya. Bahagia secukupnya, kurang-kurangi kesedihan.

Masih nggak bisa ngendaliin ekspresi? Panggil pengendali air, udara, api. *dikira avatar. Huhu.

Perbanyak bersyukur.
Yakini! Bahwa syukur itu lebih penting dari sekedar kepuasan.
Maka untuk ujian atawa musibah yang rajin menghampiri, serajin tikus yang lewat di depan muka sepanjang hari, syukuri. Dan untuk si tikus: Basmi!
Kalau cuman diteriakin mah tikusnya nggak bakal pergi, yang ada joged-joged sendiri, sambil ngejek kita. Begitu pun dengan ujian. Hadapi! kalau cuma diratapi, paling nggak lulus, terus remidi deh sama ujiannya.
Emang ujian bisa remidi? Bisa banget.
*bahan curcol ke #3 #remidiujian

Muslim yang kuat lebih dicintai dibanding muslim yang lemah.

Mari berbenah. :)

#jarkoni mode on. Maapkan.
catatan: 31 januari 2017
*Jadi ini ceritanya lagi mindahin tulisan lama yg bertebaran di FB ataupun Line. hehe. Akhir tahun, perusahaan-perusahaan tutup buku. Aye tutup Blog, alias ngrapiin catatan.hewhew.
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini, lahir di Banjarnegara, ber-KTP Jakarta, tinggal di Depok. Menulis bagi Septi adalah mencurahkan asa agar bermanfaat tentunya. Aktivitas Septi sebagai guru, pegiat literasi sekolah, dan tentunya menjadi istri penuh waktu.

Related Posts

Posting Komentar